Ketika sembuh total, anak-anak yang sebelumnya menjadi pasien gangguan ginjal akut bisa kembali memproduksi urine dengan normal.
Ginjalnya pun bisa bekerja mengeluarkan sisa-sisa sampah metabolisme.
"Secara umum gangguan ginjal akut itu meskipun sampai terjadi yang stadium 3, yaitu gagal ginjal akut, ketika dia penyembuhan bisa pulih total," kata Eka dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Rubrik Lainnya : Selain Investor, Kandang Wira Berkah Ajak Masyarakat Berinvestasi di Sektor Peternakan
Bahkan, kata Eka, beberapa penderita gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) tidak perlu mendapat terapi hemodialisis. Kondisi ini sudah dia temukan pada beberapa pasien.
Terapi hemodialisis adalah pembersihan darah dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan di luar tubuh atau yang biasa dikenal dengan cuci darah.
"Iya, ada (yang sembuh). Tidak memerlukan cuci darah lagi, fungsi ginjalnya pulih sempurna. Jadi ini memang berbeda dengan orang-orang yang cuci darah karena usia ya, karena tua," ucap Eka.
Rubrik Lainnya : Cara Membuat Mangga Berbuah di Luar Musimnya
Namun, Eka mengimbau agar orangtua waspada. Sebab, penyintas gangguan ginjal akut misterius ini tetap berisiko terkena infeksi berat ketika dehidrasi (kekurangan cairan).
"Itu secara teoritis berisiko untuk terjadi lagi gangguan fungsi ginjal, AKI lagi. Tapi AKI-nya juga bukan kemudian menjadi stadium 3," kata Eka.
Hingga kini, tercatat 192 kasus gangguan ginjal akut misterius di 20 provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Aceh.
Data tersebut merupakan data kumulatif sejak Januari 2022. Rinciannya, 2 kasus di Januari, 2 kasus di bulan Maret, 6 kasus pada bulan Mei, 3 kasus pada Juni, 9 kasus di bulan Juli, 37 kasus di bulan Agustus, dan 81 kasus di bulan September.
Berdasarkan sebarannya, kasus gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) paling banyak tersebar di DKI Jakarta dengan total mencapai 50 kasus.
Diikuti Jawa Barat sebanyak 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, dan Bali 17 kasus. Sementara itu, provinsi lainnya berkisar antara 1-2 kasus.