Nelayan di Kaur Bengkulu Tuai Kesulitan Pasca Kenaikan BBM

ozone
Selasa, September 20, 2022 | 11:57 WIB Last Updated 2022-09-20T05:28:12Z
Nelayan di Kaur Bengkulu Tuai Kesulitan Pasca Kenaikan BBM

Bengkulu
 - Sudah lebih dari satu bulan Presiden Joko Widodo mengumumkan naiknya harga BBM. Pasca kenaikan harga BBM ini berdampak pada masyarakat. Pemerintah pun mencoba meredamnya dengan membagikan sejumlah bantuan.

Di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, naiknya harga Pertalite dirasakan ratusan nelayan setempat.

Cik Din, Nelayan Desa Merpas, Kecamatan Merpas Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu berkata, harga Pertalite eceran mencapai Rp 15.000.

Jika harus menuju SPBU terdekat, jaraknya jauh. Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai SPBU dan masih harus berebut antrean dengan banyak masyarakat lain.

"Kami terpaksa membeli Pertalite di eceran dengan harga Rp 15.000 per liter, sehari untuk melaut setidaknya kami membutuhkan 20 liter Pertalite. Hari ini saya hanya dapat 10 liter, hanya bisa melaut setengah hari," cerita Cik Din saat dihubungi awak media, Senin (19/9/2022).

Cik Din bersama ratusan nelayan Desa Merpas merupakan nelayan tradisional yang masih menggunakan pancing dan jaring sebagai alat mencari ikan.

Menurutnya naiknya harga BBM saat ini membuat kehidupannya semakin memberat. Apalagi saat ini kondsi laut sedang tidak bersahabat.

"Sudah dua bulan laut ganas, tangkapan sedikit, tidak jarang kami mendarat tidak mendapat ikan sama sekali. Hutang jadi semakin membengkak," ujar Cik Din.

Agus, nelayan Desa Linau, Kabupaten Kaur, Bengkulu juga mengisahkan beratnya perjuangan mendapatkan Pertalite untuk melaut. Umumnya nelayan Desa Kaur, tak memiliki modal untuk melaut semua kebutuhan berutang dengan tauke atau bos pengepul ikan termasuk bahan bakar.

"Nelayan berhutang dengan tauke, harga Pertalite per liter bisa mencapai Rp 15.000. Kalau mau beli di SPBU sulit didapat karena berebut dengan masyarakat lain. Jadi nelayan mengandalkan tauke ikan untuk dapatkan modal termasuk BBM," jelasnya.

Agus mengisahkan naiknya harga BBM menghantam kehidupan nelayan, mereka harus mendapatkan uang Rp 1,5 juta setiap hari kalau mau dapur ngebul.

"Biaya operasional semakin membengkak, karena selama ini biaya kebutuhan BBM berkisar Rp 600.000, sekarang biaya tersebut tidak cukup karena Pertalite naik," kata Agus, seorang nelayan di Desa Linau, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, saat diwawancarai, Senin (05/9/2022).

"Pemenuhan kebutuhan BBM nelayan ini sangat bergantung dengan warung. Saat hasil tangkapan nelayan tidak ada, nelayan masih bisa ngutang di warung. Artinya, harga (BBM) di warung akan lebih meningkat dibanding harga di SPBU. Sekarang, kalau nelayan rumpon menghasilkan Rp 1 juta per hari, itu hanya cukup buat kebutuhan operasional untuk BBM dan kebutuhan alat pancing lainnya," sambung dia.

Agus mengatakan, naiknya harga Pertalite di SPBU akan membuat pengecer menaikkan harga menjadi Rp 13.000 per liter hingga Rp 15.000 per liter.

Sementara untuk sekali melaut, minimal dibutuhkan 50 liter Pertalite ditambah dua botol oli yang harganya Rp 80.000 per botol. Dengan kata lain, nelayan membutuhkan sedikitnya Rp 810.000 untuk kebutuhan bensin dan oli saja.

"Pengeluaran nelayan sekali melaut sebanyak Rp 810.000 (untuk bensin dan oli). Itu belum pancing, baterai GPS. Makanya, sekarang nelayan harus menghasilkan (minimal) Rp 1,5 juta per hari biar mereka dapat upah untuk memenuhi kebutuhan dapur. Rp 1,5 juta itu wajib dapat, belum dibagi Anak Buah Kapal (ABK) kalau dapur masih mau ngebul," tambah Agus.

Ketersediaan Bahan Bakar


Para nelayan berharap meski harga BBM naik dan sulit turun paling tidak dimudahkan untuk mereka untuk membeli.

"Harga sudah naik, namun ketersediaan terbatas ini sungguh menyulitkan nelayan. Apalagi jarak SPBU ke desa kami memakan waktu satu jam sulit bagi kami," jelas Cik Din.

Direktur Panji Riset dan Strategis Panji Suminar merespons keluhan nelayan sulitnya mengakses BBM karena jarak desa ke SPBU jauh menyarankan desa dapat mengalokasikan Dana Desa (DD) untuk membuat Badan Usaha Milik Desa (Bumde) khusus stasiun mini bahan bakar nelayan.

"Di tengah situasi sulit ini, desa harus kreatif desa punya dana desa, dana itu bisa dimanfaatkan misalnya membuat statiusn pengisian bahan bakar khusus nelayan. Perizinan bisa diusulkan ke pemerintah dan pertamina. Jadi nelayan terbantu dapat bahan bakar desa juga akan dapat keuntungan," ujar Panji Suminar. (Alf)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nelayan di Kaur Bengkulu Tuai Kesulitan Pasca Kenaikan BBM

Trending Now